Terbesit dalam hati saat renungan hangat berbaur dengan derap langkah kaki. Renungan yang datang sendiri tanpa undangan untuk hadir. Tapi, itulah kenyataannya, saat diri saya memikirkan apa yang akan saya perbuat untuk menanam senyum di bibir kedua orang tua saya. Tentunya senyum yang penuh dengan kebahagiaan. Inilah yang selalu menemani lamunan dan renungan akan langkah perjuangan di medan ilmu yang saat ini saya tempuh.
Hati selalu mencerminkan kebenaran, sebagaimana diri kita yang selalu merasa ada yang mengganjal dalam hati apabila kita melalukan kesalahan. Hal itulah yang selalu saya rasakan, bila merasa malas untuk melakukan aktifitas; baik hal yang wajib, seperti shalat dan juga belajar. Belajar menjadi suatu keharusan yang harus dilalui dengan penuh kesungguhan dan keseriusan, tanpa ada niatan hanya untuk kebutuhan sementara apalagi hanya untuk bermain-main.
Dalam dunia belajar, diri saya selalu berusaha untuk dilakukan dengan sebuah perenungan. Hal ini dilakukan, untuk menumbuhkan rasa cinta dan juga semangat saya dalam belajar. Perenungan biasanya dikaitkan dengan harapan kedua orang tua saya. Karena dengannya, semangat (ghirah) saya untuk belajar, tumbuh dan membawa laksana kobaran api pada bensin.
Cara di atas dilakukan bukan tanpa alasan, tapi hal itu dilakukan supaya kesadaran dan tanggung jawab saya akan harapan kedua orang tua benar-benar selalu diusahakan dengan sungguh-sungguh dan tidak hanya dengan main-main tanpa keseriusan. Karena, apabila dilakukan hanya dengan main-main, saya tidak akan pernah memetih buah hasil yang manis dan harum, tetapi buah yang akan diputih akan terasa pahi dan orang tidak akan menyukainya bahkan akan membuangnya.
Usaha, perenungan, dan lamunan rindu aka kasih orang tua yang tanpa batas, kadang kala sampai meneteskan air mata haru dan penyesalan. Padahal perlukah air mata itu menetes, jatuh ke tanah dan akan terbuang dengan begitu saja tanpa kita hiraukan. Akan tetapi, bagi saya air mata adalah cemeti yang akan membangkitkan bara kasih dan sayang kepada kedua orang tua, belajar dengan penuh ketekukan, serta tanggung jawab yang selalu dimaksimalkan.
Pada intinya, menangislah bila dengannya anda akan lebih baik. Karena tangisan tidak selalu mencerminkan kecengengan, tetapi perlu dipahami bahwa tangisan juga bisa memberikan inergi bagi setiap pribadi yang bisa memaknai arti dari tangisannya itu sendiri. Dalam Al-Qur'an juga ditegaskan bahwa kita dilarang banyak tertawa, dan diperintahkan untuk banyak menangis, dalam artian tangis di sini adalah tangisan muhasabah (introspeksi diri). Semoga kita dari hari ke hari bisa menjadi pribadi yang pandai bermuhasabah diri, supaya menjadi pribadi yang leibih baik, Amien