twitter
rss



Membicarakan masyarakat Indonesia dalam kilasan sejarah sebenarnya mengingatkan kita pada masa-masa kehidupan nenek moyang masyarakat Indonesia dahulu, sejak zaman pra sejarah sampai dengan saat ini.
Berbagai macam latar belakang seperti kebudayaan, pendidikan dan lain-lain, telah membawa perubahan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Kehidupan yang dulunya sangat tradisional kini telah berubah derastis menjadi sangat moderen.  
Sejarah kebudayaan, pendidikan dan kepercayaan sudah ada sejak zaman kuno (purba), kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh Hindu Budha, zaman pengaruh agama Islam, pada zaman penjajahan sampai dengan zaman kemerdekaan.
Sebenarnya, berbicara tentang masyarakat merupakan hal yang sangat menarik. Karena di satu sisi kita menjadi aktor di dalamnya. Dan juga di sisi yang lain masyarakat merupakan perkumpulan orang yang memiliki adat, budaya, aturan ataupun Undang-undang tersendiri sesuai dengan di mana mereka hidup. Akan tetapi, seberapapun bebasnya tetaplah mereka memiliki keharusan untuk mentaati hal-hal yang menjadi ketetapan dari luar kehidupan mereka.
Masyarakat Indonesia sendiri memiliki sejarah keberadaannya. Sebelum nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari daerah Yunani (Tiongkok) menetap di Indonesia, sudah ada kebudayaan, yakni kebudayaan penduduk asli, yang disebut kebudayaan palaeolitis  (palaios = lama, tua), seperti yang kita jumpai pada orang-orang Kubu, Wedda dan Negrito. Tentang hal ini tidak banyak diketahui orang. Mungkin kebudayaan Indonesia asli   merupakan campuran antara kebudayaan Melayu dengan kebudayaan palaeolitis.
Pada waktu itu, keeadaan pendidikan dalam lingkungan keluarga sudah mencukup kebutuhan, karena masyarakat masih serba bersahaja. Yang menjadi pendidikan terutama sekali ayah dan ibu. Ayah mengajarkan pengetahuan dan kepandaian yang ada padanya kepada anak laki-laki dan ibu berbuat demikian pula terhadap anak perempuan. Mungkin, hasil pendidikan tersebutlah yang sampai saat ini bisa kita rasakan. Pendidikan dari orang tua sangat mempengaruhi karakter kita, bahkan menjadi penentu masa depan.
Pemahaman tentang kehidupan maysarakat bisa dibaratkan kendaraan bermotor di jalan raya, pastilah kita tahu dan memiliki kewajiban untuk mentaati rambu-rambu lalu lintas yang telah ada. Begitu pula dalam kehidupan masyarakat, berbagai larangan yang berlaku sudah barang tentu tidak sama persisi dengan rambu-rambu di jalan raya khusus kendraan. Yang diperlukan pastinya adalah sebuah perkembangan, kemajuan dan kesejahteraan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, sehingga tercipta ketenangan dalam kehidupan masyarakat itu sendiri sesuai dengan ajaran yang di terapkan dalam syari’at Islam.
Dalam kehidupan bermasyarakat Khususnya di Indonesia. Sebagaimana terangkum dalam sejarah kehidupan masyarakat sejak dahulu. Jika kita memandang masyarakat sebagai sistem sosial itu dapat dikontruksikan menjadi 4 sub sistem menurut Talcott Parsons yang menjalankan fungsi-fungsi utama dalam kehidupan bermasyrakat, yang sering di singkat menjadi AGIL, yaitu: Fungsi adaptasi (adaptation), Fungsi pencapaian tujuan (goal attaiment), Fungsi integrasi (integration), Fungsi untuk mempertahankan dan menggerakkan pola dan struktur msyarakat (Lattent pattern maintenance).
Perkembangan hidup dalam masyarakat di tentukan oleh semua elemen dalam masyarakat yang hidup di dalamnya. Serta pencapaian hal tersubut bisa dilakukan oleh siapapun yang memiliki rasa tenggang rasa terhadap kehidupanya. Dalam hal ini, Ilmu sosial sangat diperlukan untuk menjadi pijakan awal dalam melakukan hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan bermasyarakat. Karena dengan begitu, setiap langkah yang diinginkan pencapaianya akan berjalan dengan lancar dan juga akan mencapai keinginan yang sudah di sepakati bersama.
Sesuai dengan perkembangan zaman. Masyarakat Indonesia pada saat ini memiliki pola pikr yang kurang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Ataupun kalau boleh dikatakan, masyarakat Indonesia pada saat ini memiliki pola pikir seperti di era industrialisasi. Seharusnya kita bisa menyadari bahwa pada sat ini masyarakat Indonesia khususnya memasuki era Informasi. Dari itu kita harus berpikir secara relafan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Pada era industrialisasi kita dididik untuk menjadi orang pekerja industri dengan konsekuen yang ada. Adapun konsekuen yang terjadi adalah bertambahnya masalah sosial. Contoh terkecilnya adalah keluarga. Dalam kehidupan berkeluarga, masalah sosial akan kerap kita temui dan juga kita harus bisa menerimanya dengan sikap yang sewajarnya. Karena hal itu merupakan masalah sosial yang pada saat ini kerap kita temukan dalam kehidupan orang-orang yang sudah berumah tangga.
Indonesia memiliki masyarakat yang mejemuk, bangsa multi cultural. Dan ditinjau dari segi etnis, bahasa dan agama sangat bervariasi (bhinneka) namun tetap bisa bersatu (tunggal ika). Dari segi Agama, masyarakat Indonesia manyoritas beragama Islam. Masyarakat Islam memiliki karakteristik yang khas, dasar dan tata kehidupan yang jelas berdasarka Al-qur’an dan hadist. Kehidupan masyarakat Indonesia telah cukup maju di bandingkan saat dahulu ketika berhasil memproklamasiakan kemerdekaan di tahun 1945. Dengan kodisi yang sekarang ini, Indonesia telah memamfaatkan hasil-hasil pemikiran yang kreatif dan inovatif. Akan tetapi, di sisi lain masyarakat Indonesia pada saat ini telah “kehilangan” ciri khasnya sebagai masyarkat Islam, masyarakat Indonesia. Ini semua karena sikap konsumtif yang masih melekat pada masyarakat kita; lihat saja pemakaian HP, computer, model pakaian dan semacamnya.
Apabila suatu bangsa atau masyarakat sedang ditimpa musibah “penyakit (krisis)”, pada suatu saat dia akan menemukan cara yang unik untuk “menyembuhkan” dirinya dari keadaan krisis tersebut. semua itu dapat terjadi, tentu dengan adanya peran yang baik dari pemerintahan yang baik menumbuhkan ke-Gotong Royongan di antara masyarakat sehingga dapat bersatu dengan mengemban misi yang sama dan juga memiliki tujuan yang di inginkan bersama.[1]
Yang tepenting sekarang adalah, bagaimana sikap kita sebagai Negara yang sudah lama merdeka dan juga sebagai Negara yang memiliki Ummat Islam yang banyak. Dengan begitu, bagaimana kita bisa mengembalikan kehasan yang dimiliki oleh Negara kita, disamping kita menjadi muslim yang taat atas syari’at yang sudah di ajarkan oleh junjugan kita, Rasulullah SAW. Wallaahu A’lam Bis-Shawab.





0 komentar:

Posting Komentar