twitter
rss



Berdo’alah kepadaku!, maka aku akan megabulakannya…
            Pada saat kita membaca judul yang penulis angkat, kita teringat akan sebuah judul dalam film yang pada saat ini masih hangat di pendengaran kita. Apakah itu?. Tentu jawabannya adalah “Di Bawah Lindungan Ka’bah”. Film yang spektakuler dalam pemaknaan cinta yang haqiqi antara seorang muslim dan muslimah, penuh dengan kepedihan, perjuangan, bahkan penuh dengan kucuran air mata yang membasahi setiap lantunan do’a dalam setiap sujud-sujudnya di waktu siang dan malam. Dan pada saat inilah kita akan belajar tentang bagaimana menggapai  cinta yang haqiqi kepada Ilahi agar hidup kita selalu berada dalam tuntunannya dan menjadi muslim yang sejati di dunia dan di akhirat nanti, melalui do’a-doa yang  terus kita lantunkan di saat gemerlapnya malam dan pada kerasnya kehidupan.
Awal yang  kita pikirkan dalam kehidupan ini tentu bagaimana kita bisa hidup sebagaimana yang telah tersurat dan tersirat dalam Al-qur’an. Tentu, hal ini banyak orang yang mengiginkan kelayakan hidup sejahtera di dunia bahkan di akhhirat kelak. Pencarian hidup memang tiada henti-hentinya, banyak orang yang rela mengorbankan hidupnya bahkan nyawanya hanya untuk memperoleh kehidupan layak di dunia. Tanpa dia memikirkan kehidupan yang susungguhnya, yaitu ketika kembali keharibaan Allah Swt. Banyak persepsi yang diumbar oleh orang yang mementingkan kehidupan di dunia agar lebih terpandang dalam kehidupan di dunia.
            Perkembangan hidup pada saat ini memicu seseorang untuk selalu memikirkan bagaimana dia bisa hidup layak, sebagaimana orang yang memiliki jabatan sebagai titik akhir yang dicita-citakannya. Hal ini terajdi hanya untuk bisa memperoleh yang namanya kelayakan hidup khususnya dalam kehidupan dunia (duniawiyah). Padahal kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi. Akan tetapi, jarang sekali orang yang memilikirkan kelayakan hidup berdampingan dengan kehidupan ilahiyah (ke Allahan) yang tergabung dalam cipta rasa tuntunan Al-qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Tuntunan kehihdupan terpku dalam sebuah realita yang tidak bisa tidak harus dijalani oleh masing-masing orang yang berpijak dalam kehidupan dunia untuk bisa mencapai kehidupan yang baik di akhirat kelak.
            Sebenarnya, keinginan manusia yang paling mulia, begaimana dia bisa memperoleh yang namanya kebaikan hidup di dunia dan juga kebaikan hidup di akhirat kelah. Pastinya kita selalu berusaha semampu kita untuk bisa mencapai hal tersebut yaitu dengan Do’a dan Usaha. Kedua kata tersebut memiliki makna substansial yang tinggi dalam pemaknaan pencapaian hidup, khususnya kehidupan di akhirat kelak. Dalam menempuh perjalanan hidup di dunia tidak akan selalu sesuai dengan perencanaan yang kita inginkan. Man proposes god diproses (manusia berusaha Tuhan yang menentukan). Kata tersebut seakan mengingatkan kita kepada yang namanya penyadaran akan usaha kita. Bahwa semua yang kita inginkan itu hanya rencana kehidupan yang kita jalani dan belum tentu selaras dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk kehidupan kita. Merupakan kewajaran bagi kita menjalani hidup penuh dengan pentaruhan baik secara fisial ataupun finansial, baika materi, energi, secara lahiriyah ataupun secara batiniyah.
            Banyak pandangan yang dapat dicerna oleh pikiran manusia untuk bisa mendapatkan keinginannya. Ada yang memandang hidup ini sebagai tempat pencarin makna hidup, ada yang memandang hidup ini sebagai tempat utnuk mencari kesenangan belaka, adapula yang memandag hidup ini sebagai tempat mencapai tingkat pangkat yang setingi-tingginya, tentu hal itu salah. Hal inilah yang menjdi pemicu persaingan hidup yang selalu bisa membawa manusia pada sebuah kesalahan dalam pemaknaan hidup yang sebenarnya. Pemaknaan yang salah akan hidup, justru akan membawa manusia pada sebuah kerugian. Dan apabila manusia menjalani hidup dengan mengikuti tuntunan-tuntunan hidup yang telah Allah ajarkan dalam firmannya, kita akan mencapai manisnya hidup yang sesungguhnya. Dan untuk mencapai semuanya itu hanya bisa kita salurkan kepada Allah Swt lewat Do’a dan Usaha dalam kehidupan sehari-hari kita. Agar apa yang kita lakukan selalu berada dalam sebuah kebenaran yang haqiqi. Setiap manusia tidak akan pernah terlepas dari salah dan lupa, karena manusia tempatnya salah dan lupa (innal insan mahallul khatha’ wan nisyan). Sampai-sampai Abu Nawas menuliskan sebuah syair yang berisikan semua yang beliau rasakan dalam jiwa terdalamnya.
-Tuhanku, saya tidak pantas untuk menjadi penghuni firdaus
 dan saya tidak kuat atas pedihnya api neraka.
-Maka, terimalah ya Allah taubatku dan ampunilah dosa-dosa
 sesunggugnya, engkaulah pengampun dosa besar.
-Sesungguhnya dosa-dosaku seperti banyaknya pasir
maka, terimalah taubatku wahai zat yang maha kuasa.
-Umurku berkurang setiap hari
 dan dosaku bertambah setiap hari bagaimana aku memikulnya.
-Wahai tuhanku, sesungguhnya hamba ini yang penuh dosa datang menghadap engkau
dengan mengakui segala dosa dan aku berdo’a kepada engkau
-Maka, apabila  engkau mengampuni engkaulah zat yang maha tahu
 dan apabila engkau menolak, maka kepada siapakah siapakah kita berharap selain mengharap.
Begitulah terjemahan dari Syair yang dikarang oleh Abu Nawas dengan menggunakan bahasa Arab dahulu. Syair yang mengungkapkan isi hati beliau benar-benar mengagumkan. Di samping pemaknaannya yang mendalam dan juga menunjukkan sebuah Syair yang menyiratkan makna tentang betapa Angung-Nya Allah Swt, sehingga kita diberikan berbagai warna-warni hidup untuk dijadikan sebuah media untuk introspeksi untuk menjadi insan kamil. Dalam artian selalu meyandarkan kehidupan kepada Allah Swt.
            Perjuangan hidup memang semestinya selalu tertanam dalam diri kita. Karena kenapa?. Apabila seseorang hidup dan tidak memiliki jiwa pejuang yang tinggi, maka pada suatu sat dia akan bermuram durja (menganggap bahwa dirinya adalah sumber segala kegagalan) dan pada saat itu juga dia akan timbul dalam dirinya keputusasaan untuk bisa bangkit menuju hal yang lebih baik. Dari itulah akan tercipta sebuah persepsi hidup yang salah. Semestinya ketika dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar mencapi apa yang diinginkannya dan mengalami kegagalan di dalamnya dia bisa berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan hati untuk selalu berikhtiar kepada-Nya dalam setiap saat. Wallahu a’lam bis Shawab.
           

0 komentar:

Posting Komentar