Berdo’alah
kepadaku!, maka aku akan megabulakannya…
Pada saat kita membaca judul yang
penulis angkat, kita teringat akan sebuah judul dalam film yang pada saat ini
masih hangat di pendengaran kita. Apakah itu?. Tentu jawabannya adalah “Di Bawah Lindungan Ka’bah”. Film yang
spektakuler dalam pemaknaan cinta yang haqiqi antara seorang muslim dan
muslimah, penuh dengan kepedihan, perjuangan, bahkan penuh dengan kucuran air
mata yang membasahi setiap lantunan do’a dalam setiap sujud-sujudnya di waktu
siang dan malam. Dan pada saat inilah kita akan belajar tentang bagaimana
menggapai cinta yang haqiqi kepada Ilahi
agar hidup kita selalu berada dalam tuntunannya dan menjadi muslim yang sejati
di dunia dan di akhirat nanti, melalui do’a-doa yang terus kita lantunkan di saat gemerlapnya
malam dan pada kerasnya kehidupan.
Awal yang
kita pikirkan dalam kehidupan ini tentu bagaimana kita bisa hidup
sebagaimana yang telah tersurat dan tersirat dalam Al-qur’an. Tentu, hal ini
banyak orang yang mengiginkan kelayakan hidup sejahtera di dunia bahkan di
akhhirat kelak. Pencarian hidup memang tiada henti-hentinya, banyak orang yang
rela mengorbankan hidupnya bahkan nyawanya hanya untuk memperoleh kehidupan
layak di dunia. Tanpa dia memikirkan kehidupan yang susungguhnya, yaitu ketika
kembali keharibaan Allah Swt. Banyak persepsi
yang diumbar oleh orang yang mementingkan kehidupan di dunia agar lebih
terpandang dalam kehidupan di dunia.
Perkembangan hidup pada saat ini
memicu seseorang untuk selalu memikirkan bagaimana dia bisa hidup layak,
sebagaimana orang yang memiliki jabatan sebagai titik akhir yang dicita-citakannya.
Hal ini terajdi hanya untuk bisa memperoleh yang namanya kelayakan hidup
khususnya dalam kehidupan dunia (duniawiyah).
Padahal kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi. Akan tetapi,
jarang sekali orang yang memilikirkan kelayakan hidup berdampingan dengan kehidupan
ilahiyah (ke Allahan) yang tergabung
dalam cipta rasa tuntunan Al-qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Tuntunan
kehihdupan terpku dalam sebuah realita yang tidak bisa tidak harus dijalani
oleh masing-masing orang yang berpijak dalam kehidupan dunia untuk bisa
mencapai kehidupan yang baik di akhirat kelak.
Sebenarnya, keinginan manusia yang
paling mulia, begaimana dia bisa memperoleh yang namanya kebaikan hidup di
dunia dan juga kebaikan hidup di akhirat kelah. Pastinya kita selalu berusaha
semampu kita untuk bisa mencapai hal tersebut yaitu dengan Do’a dan Usaha. Kedua kata tersebut memiliki makna substansial yang
tinggi dalam pemaknaan pencapaian hidup, khususnya kehidupan di akhirat kelak.
Dalam menempuh perjalanan hidup di dunia tidak akan selalu sesuai dengan
perencanaan yang kita inginkan. Man
proposes god diproses (manusia berusaha Tuhan yang menentukan). Kata
tersebut seakan mengingatkan kita kepada yang namanya penyadaran akan usaha
kita. Bahwa semua yang kita inginkan itu hanya rencana kehidupan yang kita
jalani dan belum tentu selaras dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt
untuk kehidupan kita. Merupakan kewajaran bagi kita menjalani hidup penuh dengan
pentaruhan baik secara fisial ataupun finansial, baika materi, energi, secara
lahiriyah ataupun secara batiniyah.
Banyak pandangan yang dapat dicerna
oleh pikiran manusia untuk bisa mendapatkan keinginannya. Ada yang memandang
hidup ini sebagai tempat pencarin makna hidup, ada yang memandang hidup ini sebagai
tempat utnuk mencari kesenangan belaka, adapula yang memandag hidup ini sebagai
tempat mencapai tingkat pangkat yang setingi-tingginya, tentu hal itu salah.
Hal inilah yang menjdi pemicu persaingan hidup yang selalu bisa membawa manusia
pada sebuah kesalahan dalam pemaknaan hidup yang sebenarnya. Pemaknaan yang
salah akan hidup, justru akan membawa manusia pada sebuah kerugian. Dan apabila
manusia menjalani hidup dengan mengikuti tuntunan-tuntunan hidup yang telah
Allah ajarkan dalam firmannya, kita akan mencapai manisnya hidup yang
sesungguhnya. Dan untuk mencapai semuanya itu hanya bisa kita salurkan kepada
Allah Swt lewat Do’a dan Usaha dalam kehidupan sehari-hari kita. Agar apa yang
kita lakukan selalu berada dalam sebuah kebenaran yang haqiqi. Setiap manusia
tidak akan pernah terlepas dari salah dan lupa, karena manusia tempatnya salah
dan lupa (innal insan mahallul khatha’
wan nisyan). Sampai-sampai Abu Nawas menuliskan sebuah syair yang berisikan
semua yang beliau rasakan dalam jiwa terdalamnya.
-Tuhanku,
saya tidak pantas untuk menjadi penghuni firdaus
dan saya tidak kuat atas pedihnya api neraka.
-Maka,
terimalah ya Allah taubatku dan ampunilah dosa-dosa
sesunggugnya, engkaulah pengampun dosa besar.
-Sesungguhnya
dosa-dosaku seperti banyaknya pasir
maka,
terimalah taubatku wahai zat yang maha kuasa.
-Umurku
berkurang setiap hari
dan dosaku bertambah setiap hari bagaimana aku
memikulnya.
-Wahai
tuhanku, sesungguhnya hamba ini yang penuh dosa datang menghadap engkau
dengan
mengakui segala dosa dan aku berdo’a kepada engkau
-Maka,
apabila engkau mengampuni engkaulah zat
yang maha tahu
dan apabila engkau menolak, maka kepada
siapakah siapakah kita berharap selain mengharap.
Begitulah
terjemahan dari Syair yang dikarang oleh Abu Nawas dengan menggunakan bahasa Arab
dahulu. Syair yang mengungkapkan isi hati beliau benar-benar mengagumkan. Di
samping pemaknaannya yang mendalam dan juga menunjukkan sebuah Syair yang
menyiratkan makna tentang betapa Angung-Nya Allah Swt, sehingga kita diberikan
berbagai warna-warni hidup untuk dijadikan sebuah media untuk introspeksi untuk menjadi insan kamil.
Dalam artian selalu meyandarkan kehidupan kepada Allah Swt.
Perjuangan hidup memang semestinya
selalu tertanam dalam diri kita. Karena kenapa?. Apabila seseorang hidup dan
tidak memiliki jiwa pejuang yang tinggi, maka pada suatu sat dia akan bermuram
durja (menganggap bahwa dirinya adalah sumber segala kegagalan) dan pada saat
itu juga dia akan timbul dalam dirinya keputusasaan untuk bisa bangkit menuju
hal yang lebih baik. Dari itulah akan tercipta sebuah persepsi hidup yang
salah. Semestinya ketika dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar mencapi apa
yang diinginkannya dan mengalami kegagalan di dalamnya dia bisa berdo’a kepada
Allah agar diberi kekuatan hati untuk selalu berikhtiar kepada-Nya dalam setiap
saat. Wallahu a’lam bis Shawab.